Sydney Energy Forum, Menteri ESDM Sampaikan Rencana Dekarbonisasi Indonesia
By Abdi Satria
nusakini.com-Sydney-Dalam lawatannya ke Sydney, Australia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri Sydney Energy Forum, sebuah inisiatif untuk peningkatan kerja sama sektor energi antarnegara Indo-Pasifik. Pada forum tersebut, Arifin mengemukakan rencana Indonesia dalam mengimplementasikan dekarbonisasi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
"Seperti negara lain, Indonesia dianugerahi dengan banyak sumber energi yang tersebar di seluruh negeri. Kami memiliki banyak sumber, oleh karena itu kami membutuhkan alat yang tepat untuk mencapai target NZE pada tahun 2060. Dalam jangka pendek, Indonesia berencana untuk mengimplementasikan dekarbonisasi," ujar Arifin di Sydney, Australia, Selasa (12/7).
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menerapkan dekarbonisasi tersebut, imbuh Arifin, dilakukan melalui konversi energi fosil menjadi energi bersih, di mana langkah pertama yang dilakukan adalah menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel di area 3T dengan pembangkit listrik tenaga gas dan energi terbarukan. Upaya selanjutnya adalah melaksanakan pilot project untuk teknologi carbon capture, konversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik, pemanfaatan peralatan rumah tangga listrik, dan implementasi retirement pembangkit batubara.
"Di sisi lain, teknologi solar photovoltaik juga penting untuk dikembangkan guna meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi kita. Industri pendukung diperlukan untuk pengembangan ini dalam rangka meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri. Selain itu, sumber daya kami untuk mendukung roadmap transisi energi juga berasal dari sumber daya mineral, antara lain nikel, tembaga, bauksit, mangan, timah, dan banyak lagi. Pemerintah memprioritaskan peningkatan nilai tambah mineral tersebut. Misalnya nikel dan kobalt sebagai bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik dan sebagai penyimpan pembangkit listrik energi terbarukan," lanjut Arifin.
Pada kesempatan itu, Arifin juga mengatakan tantangan dalam transisi energi, khususnya saat pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi yang signifikan karena larangan bepergian pada awal tahun 2020. Selain itu, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina juga memicu kenaikan harga minyak dunia, dan diikuti oleh kenaikan harga bahan-bahan pokok.
Arifin juga mengatakan bahwa Sydney Energy Forum akan menjadi kekuatan untuk mendorong kemitraan energi di kawasan Indo-Pasifik.
"Secara geografis negara-negara di kawasan di Indo-Pasifik terhubung melalui laut. Oleh karena itu perlu dipikirkan kerja sama energi seperti apa yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat, misalnya transmisi interkoneksi melalui pemasangan kabel bawah laut atau pengembangan industri hidrogen hijau sebagai bentuk kerja sama yang berkelanjutan dan konkrit," ujarnya.
Penguatan Transisi Energi
Sebelumnya, Minggu (10/7) Menteri Arifin didampingi Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Siswo Pramono, Konsul Jenderal RI Sydney Vedi Kurnia Buana, dan Kepala Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Sydney Henry Rombe, melakukan pertemuan dengan perwakilan perusahan Indonesia di Sydney, yakni Energy Indonesia dan Stanmore Resources (Sinarmas Grup) di Wisma Konsulat Jenderal RI, di Sydney.
Arifin menyampaikan apresiasi atas perluasan bisnis Adaro dan Stanmore di Australia dan menekankan bahwa tren batubara dalam beberapa tahun ke depan akan mulai surut seiring dengan transisi energi global menuju energi bersih. "Maka dari itu, kami mendorong Adaro dan Stanmore untuk turut mengembangkan critical minerals yang dapat mendukung proses transisi energi ke depan," tutur Arifin.
Dalam pertemuan itu, perwakilan Stanmore menyampaikan bahwa Stanmore telah mendatangkan dua tenaga ahli mining engineer dari Indonesia, pengalaman dan pengetahuan mereka sangat diapresiasi di Australia. Oleh karena itu, diharapkan ke depannya dapat semakin banyak lagi tenaga kerja mining engineer yang dapat bekerja Australia. Sementara dari Adaro menambahkan bahwa pengalaman selama di Australia juga dapat memperkaya para mining engineer Indonesia dan akan bermanfaat untuk pengembangan industri pertambangan di tanah air. (rls)